At the Bookstore

Shei
3 min readOct 24, 2023

Sambil mendengar ivy oleh Taylor Swift, Levinia berjalan santai ke arah toko buku dalam mall dekat sekolah adiknya. Dirinya langsung mencari buku yang adiknya sebut. If You Could See the Sun oleh Ann Liang, buku untuk remaja muda yang mencampur unsur fantasi dalam realita kehidupan SMA siswa siswi sebuah boarding school di Beijing. Pilihan yang menarik dan entah kenapa, cocok dengan kepribadian Lea.

Setelah menemukan buku tersebut, Levinia memperhatikan judul-judul buku yang lain untuk mencari satu yang dirinya ingin beli. On Earth We’re Briefly Gorgeously oleh Ocean Vuong, sebuah buku yang membawa kisah seorang putra yang menulis surat-surat dari Amerika soal perjuangan hidupnya, pengalaman dia sebagai seorang imigran dan klasisisme kepada ibunya yang buta huruf di Vietnam.

Saat Levinia mendapatkan buku itu, dia langsung tahu. Buku itu berada di bagian rak yang sedikit tinggi untuk jangkauannya. Namun, dirinya terbiasa berusaha seorang diri untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan sehingga dia berjinjit untuk mencoba mengambil buku itu.

Itulah saat dimana Levinia mendengar suara seorang lelaki di belakangnya berkata, “Mungkin saya bisa membantu biar lebih gampang.”

Sambil menoleh ke belakang, Levinia menjawab, “E-eh, iya, boleh. Terima kasih banyak. Hvala.

“Sama-sama,” jawab lelaki tersebut. Di tangan kirinya, ada buku Happy Place oleh Emily Henry yang baru rilis beberapa bulan lalu. Levinia menganggap pilihannya sedikit menarik, sebab tidak banyak orang tahu buku baru penulis tersebut sudah masuk ke toko buku Indonesia. Buku itu sudah beberapa bulan beredar di toko buku di seluruh Eropa, tapi dirinya tidak sempat beli sebelum kembali ke Jakarta.

“I hear that book is really good. I think you’ll enjoy it,” puji Levinia ke lelaki itu.

“Ah, thank you. It’s for my sister, actually. She was really excited to hear you can finally buy it here in Indo — Eh, hampir lupa. Saya Gael Kavindra. Salam kenal. And you are?” tanya lelaki itu.

“Levinia Althea. People call me Levi,” ucap Levinia sambil melirik jam di jam tangannya. Dia harus segera membeli makanan yang diiinginkan Lea dan berangkat ke arah sekolahnya jika tidak ingin terjebak macet.

“Ah, I helped you because I thought it was a good choice. The book is really good. You’d enjoy it. Can I ask for your number?” tanya Kavindra tiba-tiba.

Levinia langsung mengikuti nalurinya. Dia pernah mengalami kenangan buruk dulu di Zagreb saat dirinya memberi nomor telponnya kepada orang-orang yang dia baru kenal. Long story short, they ended up being the wrong guy and another a not-so-nice friend. Namun, dirinya merasa tidak ada yang janggal dari Kavindra yang ada di depannya jadi dia menggunakan cara lain.

“I’ll be changing my phone number soon so can I just give you my Instagram?”

Kavindra tersenyum sambil mengangguk, “Tidak apa-apa. I’ll follow you right here on the spot. Oh, and is it alright if your book’s on me? I — ”

Levinia langsung memotong, “Ah, tidak apa-apa. Saya tidak suka berhutang budi pada orang lain. I can comfortably pay for my own book.”

Saat itu, Levinia kira Kavindra akan pamit dan mereka akan berpisah tanpa harus bertemu satu sama lain lagi namun perkiraannya salah.

Kavindra tersenyum dan bertanya padanya, “That’s totally fine. I respect that. How about next time, when you’re free, we can read these books together over some lunch?”

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Shei
Shei

Written by Shei

narrations by @mungkeulhada, welcome!

No responses yet

Write a response